Senin, 08 Maret 2010
SILVER RECOVERY II
II.1.2. Proses pembentukan gambar
Proses pengolahan film berfungsi untuk merubah bayangan laten (laten image) menjadi bayangan tanpak (permanent). Proses pembentukan bayangan nyata didahului proses pembentukan bayangan laten.
Emulsi film radiografi terdiri dari kristal-kristal AgBr dalam bentuk ion Ag+ dan Br- dalam kisi kubus. Kehadiran impuritas mengganggu permukaan kubus yang membentuk sensitivity speck (bintik sensitif). Ion Br- apabila terkena radiasi sinar-x akan terbentuk atom Br dan elektron, menurut reaksi :
Br- + sinar-x ( hf ) → Br + elektron.
Atom Br akan diserap oleh dasar film (base) yang terbuat dari bahan gelatine. Elektron yang terbentuk akan terperangkap oleh oleh sensitivity speck dan menarik muatan positif Ag+ sehingga menjadi atom Ag. Kristal dengan atom Ag pada permukaanya disebut bayangan laten (laten image). Proses pembangkitan bayangan oleh larutan pembangkit yang mengandung larutan alkali. Tahap selanjutnya gambar difiksasi di dalam cairan penetap. Kristal yang tidak mengandung bayangan laten (laten image) dicuci dan menghasilkan densitas terang pada film.
II.2. Proses Penetapan Gambar
Bayangan pada film yang dihasilkan didalam proses pembangkitan bersifat berubah-ubah (sementara), sehingga proses pembangkitan harus dihentikan. Jika pembangkitan tidak dihentikan maka bayangan atau gambar yang terjadi akan bertambah densitasnya. Untuk itu film setelah selesai pada tahap pembangkitan dicuci (rinsing) yang kemudian dimasukkan ke dalam cairan penetap (fixer). Gambar atau bayangan akan mengalami proses penetapan (fiksasi).
II.2.1. Komposisi larutan penetap
Proses fiksasi secara umum berfungsi untuk menghentikan proses pembangkitan, melarutkan butir-butir perak bromida (AgBr) yang tidak terekspose (terpapar radiasi sinar-x) dan mengeraskan imulsi film. Oleh karena itu bahan untuk larutan penetap (fixing agent) dipilih harus mampu mengubah butir-butir perak bromida (AgBr) menjadi komponen yang larut dalam air. Sifat lain dari bahan larutan penetap yaitu bahan tidak merusak dasar film (base) yang mengandung gelatine.
1. Bahan larutan penetap
Bahan yang dapat digunakan untuk larutan penetap (fixing agent) adalah :
• Natrium Thiosulfat (Na2S2O3)
Natrium Thiosulfat (Na2S2O3) atau dikenal hypo adalah bahan yang paling umum digunakan untuk larutan penetap. Reaksi dengan butir-butir perak bromida (AgBr) adalah :
Na2S2O3 + AgBr → Na2Ag(S2O3)2 + NaBr
• Amonium Thiosulfat
Bahan ini biasanya digunakan kemasan dalam bentuk cairan (liquid concerted), reaksi dengan butir-butir perak bromida (AgBr) sama dengan bahan natrium thiosulfat. Komponen amonium agak kurang stabil dibandingkan bahan hypo, namun reaksinya lebih cepat pada kosentrasi yang sama oleh karena sering digunakan untuk pengolahan outomatic (rapid fixer).
Tabel 2.2. Komposisi larutan penetap
Nomer Komposisi Bahan Berat (gram)
1 Fixer agent (Na2S2O3) 400
2 Accelerator (CH3COOH) 10
3 Preservativ (NaHSO4) 15
4 Hardener (K2SO4Cr2(SO4)2 24H2O 15
5 Solvent 1000
Sumber : Radiographic Photography, Chesney, 1971, hal 113
II.3. Film Radiografi
II.3.1. Konstruksi film radiografi
Film radiografi secara umum kostruksinya terdiri dari bagian sebagai berikut :
1. Film Base
Film base mempunyai ketebalan 0,18 mm. Bahannya terbuat dari selelosa asetat dan polyster. Bahan polyster sekarang banyak dipakai sebagai bahan film base. Polyster mempunyai kelebihan dementional stability dalam arti mampu menjaga kesetabilan bentuknya jika terjadi proses pengeringan film, fleksibel, water proof (menyerap air sedikit), kelembaban rendah, sering diberi warna biru sehingga mengenakan penglihatan mata dan bersifat chimical memory atau gambar tidak berubah setelah melalui tahap prosesing film.
2. Subtratum Layer
Lapisan subtratum layer atau dikenal dengan istilah lapisan adhesive mempunyai ketebalan 0,01mm. Lapisan ini berfungsi sebagai perekat antara emulsi film dan lapisan film base. Bahan dari lapisan subtratum layer adalah selelosa ester, gelatine dan asepton.
3 Emulsi Film
Lapisan emulsi film terbuat dari butir-butir perak bromida (AgBr) dan gelatine. Emulsi film mempunyai ketebalan lapisan antara 0,02 – 0,05 mm. Film radiografi dilihat dari jenis emlsi film ada dua macam, yaitu film single emulsi (film hanya mempunyai satu sisi emusi) seperti film untuk mamografi, dental film (gigi) dan film untuk angiografi. Jenis film kedua adalah film double emulsi (emulsi ganda) umumnya untuk semua pemeriksaan radiografi menggunakan film ini.
4 Supercoat
Lapisan supercoat adalah lapisan film yang berfungsi sebagai pelindung emulsi film dari kerusakan mekanis. Lapisan supercoat dibuat setipis, sehalus dan sekuat mungkin.
II.3.2. Macam-macam jenis film radiografi
1. Berdasarkan penggunaanya dengan screen
• Film non-screen
Jenis film radiografi yang dalam penggunaanya tidak mempergunakan intensifying screen (lembar penguat). Pada jenis film ini biasanya emulsi film lebih tebal dari pada biasa, penggunaanya untuk pemotretan obyek yang ketebalanya tipis dan film jenis ini membutuhkan faktor eksposi lebih besar.
• Screen Film
Film jenis ini dalam pemakiannya mempergunakan intensifying screen (lembar penguat) yang diletakkan diantara dua lembar lapisan penguat di dalam kaset film. Film jenis ini membutuhkan faktor eksposi lebih sedikit.
2. Berdasarkan ukuran butir-butir perak bromida
• Film dengan butir-butir perak bromida ukuran besar
Film dengan ukuran butir-butir perak bromida (AgBr) ukuran besar berhubungan dengan sebuah kecepatan film (speed). Kecepatan film jenis ini adalah cepat, dalam arti respon film sangat sensitif terhadap beberapa jumlah penyinaran sinar-x, kontras gambar baik akan tetapi detail gambar rendah.
• Film dengan butir-butir perak bromida ukuran sedang
• Film dengan butir-butir perak bromida ukuran kecil
Film dengan ukuran butir-butir perak bromida (AgBr) kecil kurang respon terhadap sejumlah penyinaran sinar-x.sehingga apabila dipakai memerlukan faktor ekspos yang tinggi akan tetapi detail gambar yang dihasilkan tinggi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar